(Prolog)
Hari itu (sebenarnya) adalah hari
yang cerah, hari yang pas untuk diisi dengan senyuman ataupun bercengkrama
dengan orang yang disayang. Matahari bersinar dengan senyuman yang tidak pernah
berhenti menyinari bumi yang penuh dengan manusia yang (beberapa) lupa
bersyukur kepada Tuannya matahari. Angin berayun-ayun dengan sejuknya. Hari
yang sempurna, sesempurna rencana seorang lelaki itu hari ini. Dengan percaya
dirinya rencana cerdas (atau lebih tepatnya brilian) dengan peluang mendekati
100% yakin akan terrealisasikan.
Tapi lelaki itu lupa, dia bukanlah sutradara kehidupan melainkan hanya
aktor di dalam sebuah skenario. Yang tentu saja bukan dirinya yang membuat
skenario tersebut .
Ya,
munafik memang. Kalau lelaki itu berkata dia tidak sedang jatuh cinta.
Namun,Pemilik Semesta lebih mencintai
dirinya dibandingkan lelaki tersebut
**
[Bagian
1 : Rencana]
Lelaki itu bangun lebih pagi
daripada sebelumnya, bahkan sebelum Adzan Subuh berkumandang seantero komplek.
Tak lupa dia segera mengambil air wudhu dan “curhat” kepada Sang Pembolak-balik
Hati.
“Harus
kuakui, hari ini bisa jadi adalah hari terakhirku bertemu dengannya. Maka
izinkan aku untuk setidaknya bertemu dengannya sekali saja dan sisanya aku
serahkan kepadaMu karena aku yakin tulang rusukku tidak akan tertukar.”
Lelaki
itu telah menyiapkan perbekalan dua malam sebelumnya. Motor bebek kebanggannya
pun telah ‘dipanaskan’ bahkan sebelum matahari memberikan kehangatan seperti
biasanya. Sontak saja ayahnya langsung bangun mendengar dentuman mesin motor
yang terdengar lebih nyaring dari biasanya. Iya, hari itu hanya sang ayah saja
yang sedang ada dirumah. Kedua adiknya masih tertidur pulas, tentu saja sudah sembahyang sebelumnya. Dan ibunya,
ibunya adalah wanita tangguh, seorang pekerja keras yang rela bekerja lebih
keras dibandingkan wanita pada umumnya. Pekan ini sang ibu mendapat giliran
shift 3, itu artinya beliau tidak tidur malam selama sepekan.
Lelaki itu siap berangkat menuju
Stasiun. Tempat yang akan menjadi tonggak sejarah besar dalam hidupnya.
“It’s show time, Semoga semesta
mendukung”
**
Kau tau, tahun ini adalah tahun istimewa
Tidak seperti tahun kabisat yang berulang
selama periode tertentu
Teringat kembali saat awal kita
berkenalan
Sebuah kontrak tidak tertulis terpatri
Tahun ini, semesta memberi untuk
memenuhi kontrak itu
Tahun ini, kita lulus bersama
***
Alviani Fitri, sebuah nama yang
sudah melekat di dalam Lobus Frontal nya
diriku. Alvi, begitulah dirinya biasa disapa. Seorang yang sudah banyak
berpengaruh dalam hidup diriku. Namun terkadang aku heran, bagaimana caranya Alvi
masuk dengan begitu cepat. Bahkan 18 tahun aku kenal diriku sendiri belum mampu
merevolusi dirinya yang keras kepala menjadi lebih penurut seperti sekarang.
Itukah kekuatan cinta? Apakah sah
apabila kita jatuh hati dengan seseorang yang bahkan belum tentu merupakan
bagian tulang rusuk kita?
“Apakah
kau tidak lelah? Maksudku, bahkan Alvi seperti apa kita tidak pernah tahu. Kita
bertemu dengannya sekali itupun tidak sengaja. Setelah itu apa lagi?”
“Ya,mungkin.
Tetapi aku mau meluruskan pernyataanmu. Tidak ada pertemuan yang tidak sengaja
karena itu juga merupakan ketetapan dariNya. Aku percaya tulang rusukku tidak
akan tertukar. Tetapi Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum apabila kaum
tersebut tidak berusaha dan memohon kepadanya. Aku hanya memperjuangkan sesuatu
hal yang mungkin itu merupakan milikku. Aku memperjuangkan senyumnya.”
“Ah,
klise kau”
“Sekalipun
kau bilang begitu, aku tidak akan mundur. Kau pun tidak akan pernah lelah bukan
kalau sudah terlanjur menjadikannya urusan hati?”
Kemudian senyap pun melanda kami
yang tengah tiduran menatap langit-langit plafon rumah. Belum pernah kami hening selama ini. Ya, aku sedang berbicara dengan diriku yang lain ...
“Nif,
bagaimana kalau dia membenciku ya? Maksudku
setelah pertemuan pertama kita dengan Alvi. Setelah aku .... Aku bahkan tidak pernah tau apa yang
sebenarnya terjadi di balik layar handphonenya.”
Iya, salah satu ketakutan semua pria
adalah dibenci oleh orang yang sudah
dianggap malaikat
“Biarkan
Semesta yang menjawab” jawabku singkat
Kami hening lebih lama dibandingkan
sebelumnya
Topik remaja berusia 2 dasawarsa
memang tidak akan jauh dari yang namanya jodoh. Padahal, masih ada sisi lain yang perlu dikejar
Lanjut?