Ga kerasa sekarang ini gua udah lulus SMAKBO, yah walaupun agak telat setahun dari temen temen seangkatan gue karena pendidikan disini ya emang mengharuskan 4 tahun (Setara kuliah lah ya) tapi gapapa gue bangga sekolah disini. Berhubung gue juga lagi menunggu test SBMPTN dan pengumumannya, yang artinya gue bakal jadi pengangguran selama gue menunggu mereka,,
*Lepi Mode On
" Setia banget lu nungguin SBM" Kata Lepi.
" Iya mau bagaimana lagi lep, emang keadaan memaksakan seperti itu !!" gue rada pasrah
Oh ya kenalin ini sahabat "Mati" gua. Namanya Lepi.
Kenapa dia gue bilang sahabat Mati? karena dia emang benda mati (YA IYALAH -.-)
Lepi ini adalah laptop yang udah gue anggap seperti saudara kandung gue sendiri. Bahkan bisa dikatakan sudah lebih dari saudara kandung (terus apa dong?). Contoh yang sederhana aja, pas lagi hujan dan gue lagi ngendarain motor (sama Lepi tentunya) dan ade "Biologis" gue. Sikap gue sebagai kakak yang akan melindungi kedua adiknya sudah pasti muncul.
Lepinya gua masukin kantong kresek, masukin lagi didalam tas, gue taro dia di dalam jas hujan biar hangat
Ade "Biologis" gue? gue suruh hujan hujanan HAHAHA *ketawajahat*
Ok kembali ke laptop. Gue bertemu Lepi semenjak gue kelas 2 di SMAKBO, sebagai efek pemanasan global (?)
"Bilang aja laptop yang dulu rusak" Lepi said.
"Iye iye bicik, ga terimaan banget lu, gue defrag juge loo"
" OK OK BANG AMPUN, GUE OFF DEH"
*Lepi mode off*
Lanjut ...
Sayangnya, ga ada prestasi yang membanggakan selama gue di SMAKBO, prestasi yang bisa gue banggakan selama disana (katanya ga ada. DASAR LABIL) adalah selama 4 tahun gue selalu remed MATEMATIKA HAHAHA.
Bicara soal prestasi, gue jadi inget prestasi paling prestisius yang pernah gue raih selama 13 tahun bersekolah adalah pada saat gue kelas 2 SMP. Iya emang udah lama banget, tapi itu akan selalu gue inget, karena ini berhubungan dengan first love gue (CIELEH FIRST LOVE).
Jadi gini .....
Once Upon A Time, akhirnya setelah gue berjuang melewati rintangan di kelas 7 akhirnya gue naik di kelas 8 dan secara tidak sengaja dapet kelas 8B di Shatam. Shatam itu singkatan masbro mbabro, singkatan dari SMPN 1 Tambun Selatan. Untuk lebih lengkapnya silahkan langsung search di google, pada punya koneksi internet kan?
Pada awalnya gue udah pesimis, karena penghuni kelas itu adalah siswa-siswi dari kasta yang berbeda dari gue, BUAAAAANYYAAAAAK banget yang otaknya lebih encer dari gue, kaya Nabila,Windah, April, dan sejenisnya. Yaah walaupun ada yang satu dua orang yang mirip kaya gue, pecicilan, ga mau diem, dan kepengen cabut dari kelas mulu ...
(Pesan Moral : DON'T TRY THIS ACTIVITIES AT SCHOOL IF YOU'RE NOT PROFESSIONAL)
Kenapa gue pesimis? soalnya gue di kelas 7C dapet peringkat 10 besar.
Wuiiih bagus dong? Bagus sih cuma tolong baca yang lengkap
Gue dapet peringkat 36 dari 44 Siswa. 10 Besar kan?
Namun pada akhirnya di kelas ini pula gue bisa dapet peringkat 1 selama 2 semester
LOH KOK BISA?
Bisalah, dan semua ini karena satu orang perempuan yang udah buat hidup gue berubah sampai sekarang.
Jadi Beginilah cerita lengkapnya ...
Sebelum gue mulai cerita ini, alangkah indahnya gue cerita tentang kelas 8B ini.
Kelas ini diketuai oleh Nabila, kami pilih dia karena emang ga ada yang mau jadi ketua kelas. Karena tugas ketua kelas kan disuruh suruh guru mulu ... dan kebetulan dia yang dapet peringkat waktu kelas satunya, jadilah dia yang jadi ketuanya.
Terus wakilnya? Namanya Harbi, biar imbang. Sama sama besar untuk ukuran badan, tapi untuk ukuran otak beda jauuuh. Harbi ini temen sepercabutan gue waktu kelas 7. Alasan kami pilih dia adalah agar ada kelas ini bisa seimbang, antara hitam dan putih, antara laki-laki dan perempuan, antara Ying dan Yang, agar suara rakyat jelata *dalam hal ini manusia manusia kekurangan nilai* dapat didengar dan diaspirasikan. Agar Wanita tidak semena-mena terhadap pria *EAA*
Dan bisa saja mereka jodoh? sayangnya itu tidak terealisasikan ...
Next, Seiring berjalannya waktu tujuan kami menyeimbangkan kelas akhirnya terlaksana. Kelas ini tebagi atas 4 genk (biar gaul gue sebutnya genk). Karena pada jaman gue SMP kalo lo ga punya genk maka lo itu anak cupu, walaupun gue udah punya genk pun gue tetep cupu. Kelas ini terbagi atas Dywa Ghendon, Harbi, Hamzah, Dito, Aldi, Wahyu, Abian, Eka, Ahmad Ilham, dan gue sendiri dan kami menamai ini dengan "CELUB". Iya CELUB, karena ga ada nama lagi aja makanya Club kita plesetin jadi CELUB. Gue sih lebih suka disebut kalo ini bukan genk, karena ga ada diantara kita yang jadi jagoan dikelas. Gue lebih suka disebut sebagai "Playgroup" atau grup main. Karena kita milih ketua (Gendon) bukan karena dia jagoan atau yang paling besar (kebetulan dia juga besar), tapi karena dia yang paling kocak dan emang jago gitar. Jadi kan kalo kumpul kumpul sambil metik gitar. ASEEEKK.
Kemudian ada Nabila dan genk anak anak perempuan pinternya
Kemudian ada Bening dan genk anak anak perempuan lainnya
Kemudian sisanya adalah rakyat jelata hahaha
Singkat cerita kami dapat tugas drama dari guru bahasa indonesia kami sekaligus wali kelas, yaitu Bu Tutik. Gue paling inget guru ini karena guru inilah yang sering gue bikin repot sampe gua minta legalisir aja gue kejar sampe ke rumahnya. Dibentuklah kelompok, dan kami semua satu kelompok ditambah Bening, Sita dan Enci Pungki. Lalu ditunjuklah gue sebagai sutradara merangkap membuat naskah merangkap pemain merangkap produser, properti lighting dan segalanya haha. Sedangkan Sound diatur oleh Gendon dan Home Base kita ada di rumah Harbi.
Lalu yang bawa motor (Gue,Gendon,Abian,Eka) jemput anak anak yang lain yang gabisa bawa motor dan ga ada motor sisa di rumah. Sampai pada akhirnya setelah buat rumah Harbi berantakan kita semua pamit.
Pertama anak perempuannya dulu yang kami antar pulang (atau lebih tepatnya abian sama gendon yang antar). Gue ga tau tragedi apa yang terjadi selama di jalan. Biarkan itu menjadi rahasia Illahi.
Selanjutnya kita pulang bareng ...
"OI semua makasih ya ..." Kata Dito sesaat sampe dirumah.
"Oh ya to sama sama, besok latian lagi ya. Biasalah di rumah Harbi lagi" Kata Gendon.
"Ok sip" kemudian dito masuk
Begitupun selanjutnya Wahyu sampai di rumah.
Setelah itu Hamzah ...
Karena waktu itu sudah menjelang maghrib dan kita datang ramean makannya kita langsung pulang. Namun sesaat sebelum pulang Gendon melihat sesosok penampakan dibalik jendela teras rumahnya Hamzah.
"Zah zah itu siapa zah?" Tanya Gendon.
Akhirnya suara gendon memecah konsentrasi yang lainnya yang sedang sibuk menyalakan motor.
"Iya tuh zah siapa didalem? " Tanya Abian
"Itu ade gue." Jawab Hamzah
"Tinggi juga ade lu, ga kaya lu." Ledek Eka."
Singkat cerita akhirnya mereka pulang dan meninggalkan gue dan Hamzah sendiri. Kenapa gue ditinggal sendiri? karena gue masih penasaran siapa sosok yang ada di dalam rumah tersebut, apakah kakinya napak atau melayang? Who Knows ... karena gue emang ga liat *lebih tepatnya ga kebagian ngeliat*
After that,, semuanya berubah
"Zah, jagain ade lu ya. Gue yakin pas gedenya banyak yang suka. Sekarang aja udah banyak yang merhatiin kan." Pesan singkat gue ke Hamzah layaknya pesan pesan terakhir
"Tenang aja nip, pasti gue jagain" Jawab Hamzah.
Dan setelah itu semuanya menjadi menarik.
Akhirnya gue bisa kenalan sama dia, ya dari siapa lagi kalo bukan dari abangnya sekaligus temen gue, Hamzah. Pada masa masa periode pertama Hamzah ini ibarat James Bond ataupun agen rahasia FBI atau CIA, mungkin lebih tepatnya agen rahasian BIN. Dia yang kasih tau nomernya, dia yang kenalin gue ke dia, dan semuanya dilakukan dengan bersih. Singkat cerita gue tau namanya dia, biasa dipanggil "neng" tapi nama lengkapnya ga ada unsur unsur "neng" sama sekali. Mungkin karena orang sunda, beeeuhhh orang sunda mah emang istimewa laah, apalagi orang bandung wkwk
Ya begitulah pertemuan gue yang singkat dengannya. Saking singkatnya bertatap muka juga ga sempet wkwk. Tapi entah kenapa itu cukup buat gue jatuh hati sampe sekarang. Beberapa temen gue bilang gue terlalu ambisius. Tapi tak apalah, penilaian orang kan berbeda beda. Indonesia merupakan negara demokratis. Siapa saja berhak menyatakan berpendapat selama tidak melakukan kerusuhan. Setuju gak??
Kembali lagi ke "kasus" ini. Seiring berjalannya waktu neng jadi sering curhat ke gue, gue pun begitu. Tapi uniknya kita ga pernah ketemu langsung atau janjian. Cukup lewat sms kita merasa dekat. Jaman gue SMP dulu internet baru masuk ke Indonesia dan ga seboomim sekarang. Dulu tuh belum ada Whatsapp, Line, BBM, We Chat, Instagram, Path, ataupun yang lain. SMS begitu menjadi primadona dan murah selain nelpon. Handphone dulu pun berbeda dengan sekarang. Sekarang Handphone banyak yang menjadi tipikal "SMARTPHONE", kalo jaman gue hpnya itu tipikal "STUPIDPHONE", yang kalo mau selingkuh harus hati hati takutnya salah kirim sms wkwk.
Gue percaya sama pepatah orang lama "Jodoh ga akan pergi kemana-mana" dan gue percayaaaa banget sama pepatah itu. Yang bikin gue makin percaya sama pepatah itu kala itu adalah tragedi ini.
Suatu waktu kelas 8, kelas gue dapet tugas dari guru kesenian untuk menghias payung kertas dengan cat minyak. Gue inget banget guru gue ini orang batak, namanya gue lupa tapi wkwk (maaf ya bu). Guru SMP yang gue inget itu tinggal beberapa, Pak Bejo guru Penjas, Bu Anani guru Bahasa Inggris dan sesekali berubah jadi Bahasa Sunda karena kalo marah suka nyeletuk pake Bahasa Sunda yang gue ga tau itu artinya apa wkwk, terus ada Bu Bay, guru gaul fisika. Walaupun fisik sudah tua tapi gaya berbicaranya yang membuat kami segan dan hormat ke dirinya. Terus ada pa Supring, Guru bagian kesiswaan yang suka pamer cincin (baca = ngejitak) pas upacara bendera ke anak anak nakal. Next ada Bu Mamah (gue bingung dia dipanggil Ibu atau Mamah) dan Pak "Gledek" Guntur, guru agama yang selalu istiqomah mengajar kami fakir fakir agama wkwk. Dan masih banyak lagi yang ga bisa gue sebutin satu satu karena emang banyak bangeet.
Seperti biasa gue dan rombongan Celub gue bikin kelompok. Cuma seketika harapan itu musnah
" anak anak kita bikin kelompok anggotanya 5/6 orang ya."
" Bu ga bisa 11 orang aja?"
" Engga bisa, emangnya mau main bola? lagian ibu udah beli banyak payungnya. sayang kan kalo ga dipakai?"
Akhirnya kita berpisah kawan. Selamat Jalan. Selamat menempuh jalan masing-masing.
Gendon memutuskan untuk membagi berdasarkan jarak rumah, biar enak nyamperinnya katanya. Gue, Harbi, Hamzah, Dito, dan Aldi jadi satu paket. Terus Ilham,Gendon, Eka, Abian,Wahyu kelompok selanjutnya. Dan secara aklamasi gue menyebut rumah Hamzah yang harus jadi home base.
Alasan alasan yang gue pake:
1. Rumah Hamzah deket dari sekolah jadi payungnya ga cepet rusak dijalan
2. Bosen di rumah Harbi mulu yang jadi home basenya
3. Biar ketemu neng (tapi alasan ini ga gue share ke mereka)
Fine, Waktu dan tanggal kerja kelompok sudah. Saatnya eksekusi
Karena gue emang paling bersemangat, dan karena gue dan Harbi ga suka ngaret makanya kami dateng tepat waktu. Disusul sama Dito dan Aldi yang ketiduran. Disana kami (atau lebih tepatnya gue) memutuskan menggambar Indonesia. Tentu saja gue punya alasannya
1. Dari kita semua ga ada yang berbakat ngegambar. dan gambar yang gue bisa hanya bis dan mobil sport sama pulau pulau.
2. Biar keliatan bagus dan minim pilihan warna jadi beli cat minyaknya ga banyak banyak. cukup biru hijau merah dan putih aja
Hari itu gue merasa LIKE A BOSS
Hari itu gue puas ngobrol sama neng walaupun sebentar, gue puas nonton Taufik Hidayat menang bulutangkis, gue puas ngerjain tugas cuma pulau sulawesi sama kalimantan doang. Gue puas tugas gue selesai dan dapet pujian dari neng. Hari itu gue sangat bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar