Jumat, 16 Desember 2022

Semesta (II)

            "Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda". Tan Malaka

“...Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu bangsa sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu bangsa, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q.S. Al-Ra’du, 13:11)
**
[Bagian 2 : Perubahan]
            Setelah Tragedi Stasiun Gambir itu terlewati, keesokannya lelaki itu bangun kembali pada pagi buta. Yaa ... melewati Quarter Life Crisis di umur yang bahkan belum Quarter Life memang berat. Terdengar Alay? mungkin iya. Tapi harus aku akui, mungkin ini adalah wujud pendewasaan diri.

HAH ... Quarter Life Crisis? ... Yakin Quarter Life Crisis?
Bagaimana tidak, teman-temannya sudah dapat kerja, aku belum. Teman-temannya sudah kuliah, aku belum. Bahkan ... DIA saja sudah masuk ke kampus favoritnya ketika aku masih terkatung-katung di kamar.

YAA, Aku gagal di kesempatan pertama masuk kampus

            AKU HARUS BERUBAH, MARI EVALUASI DIRI”
**
Kau tau, bulan itu adalah bulan terberatku
Tak nampak bagiku Hilal di ufuk samudra
Tidak seperti bulan Ramadhan yang dapat ditentukan awal dan akhirnya
Tahun ini, semesta memberiku izin untuk berkumpul dengan keluargaku
Tahun ini, aku dapat mengambil cerita
Habiskan jatah gagalnya Nak,, kamu masih muda
***
                Masuk jalur naon nas?" tanyaku pada orang yang baru saja ku kenal beberapa hari terakhir
                "Urang jalur mandiri nif, kan urang geus kolot hehe".
                "Naha kolot? daa masih 18 kan?"
                "Urang pending setahun nif, daa SMK mah hese masuk kampus, kan kita mah peruntukannya untuk gawe, lain kuliah" 
                Aku merasa tidak sendirian akhirnya

Teman pertama laki-laki di kelas memang bukan Nas, tapi teman senasib yang merasakan kerasnya Gap Year dan SMK yaa hanya dia. Waktu itu rasanya sedikit sekali (cenderung tidak ada seingatku) yang merasakan hal yang sama, bahkan ada yang bisa kuliah tanpa memiliki kartu tanda kependudukan.
Hebat sekali memang orang itu

            “kamu pilihan ke berapa Nif Pendidikan Kimia?”
           “Pilihan pertama dong
           “Waaah hebat pilihan pertama, udah niat jadi guru ya?”
          “Engga juga hehehe, udah bosen aja di pabrik
            Kemudian senyap pun melanda kami di tengah hiruk pikuk mahasiswa menyantap makan siangnya. Yaa, kami sekelas mulai bercerita latar belakang mengapa memilih tersesat disini. Ketika jurusan lain menawarkan prospek kerja yang lebih menjanjikan, kami-kami disini memilih untuk menjadi calon guru yang kalian pahami untuk saat ini (semoga ada perubahan yang lebih baik) kurang menarik karena standar gaji yang tidak sepadan. 
                Yaa, tentu saja aku sedang berbohong ...
         
              Nifbagaimana kalau suatu saat banyak yang membenciku ya? Maksudku setelah pertemuan awal-awal kita dengan teman-teman baru, lingkungan baru, senior tentu saja. Setelah mereka tau kalau aku tidak akan memanggil "panggilan hormat" kepada mereka seperti Kang, Teh, Mba, Mas, Kaka dan sebagainya? Aku punya prinsip kalau kehormatan itu diperoleh, bukan karena usia atau mereka duluan ada disana.”
              Biarin aja. Sekarang kamu nikmati dulu saja masa-masa keberhasilan ini. Ini juga wujud prestasi kan?” jawabku singkat
Tentu saja aku menilai bahwa bisa masuk kampus adalah sebuah prestasi, ketika awalnya malah aku tidak mau kuliah sama sekali, ketika keluarga besar bahkan berbondong-bondong ke rumah hanya untuk meyakinkanku untuk pentingnya kuliah, ketika investasiku di sebuah bimbel masuk PTN menuai kesuksesan.

Apakah aku menyesal? tentu saja tidak, sama sekali tidak.
Aku tidak pernah menyesal dengan skenario yang di berikan Sang Sutradara dalam hidupku.
Karena sejatinya aku hanyalah aktor, salah satu aktor bahkan, di dunia yang fana ini
dan aktor ini, telah menghabiskan salah satu jatah gagal yang ia punya.

Jatah gagal itu yang membuatnya lebih dekat dengan keluarga yang sudah ia tinggal selama 4 tahun di perantauan.

SELAMAT UNTUK DIRIKU
                                                            Perlu dilanjut ? ...